Kisah Pilu di Palu, Antara Tenggelam atau Tertanam, Duka Kita Semua

Anggota Tim SAR melakukan pencarian korban di lokasi terdampak gempa dan pencairan tanah (likuifaksi) di Kelurahan Petobo di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, 11 Oktober 2018. Komando Tugas Gabungan Terpadu Sulawesi Tengah menginformasikan terdapat 2.065 jenazah yang berhasil dievakuasi. ANTARA/Mohamad Hamzah
Gempa di Palu
 Bencana di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah membuat kita menangis. Mereka yang menjadi korban tentunya sudah habis akan air matanya. Mereka kini tinggal menggantungkan harapannya akan bisa bertahan hidup.

Air mata mereka sudah habis bersamaaan mulai berhentinya gelombang tsunami dan hentakan gempa. Bila kamu belum merasakan apa yang saudara-saudara kita alami, coba ikuti kisah yang disampaikan Imam DZ dalam akun facebook-nya.

Bencana Palu dan Donggola akan menunjukkan seperti apa sosok kita. Bencana ini membuat semuanya merasa tak berdaya. Mereka yang kaya banyak uang, mereka yang memiliki mobil mewah tak bisa menikmatinya.

Dalam cerita yang ditulis oleh Imam di akun facebook-nya sangat menggugah kita semua yang tidak kena musibah langsung. Mereka yang ingin berangkat ke Palu ingin menolong saudara atau memastikan keberadaannya sangat sulit.

Mereka datang ke Bandara lama Hasanuddin, Makassar, untuk meminta diterbangkan ke Palu. Tapi mereka merasakan begitu sulitnya. Hanya pesawat Hercules yang berani dan bisa terbang ke Bandara Mutiara Sis Al-Jufri.

Mereka harus menunggu lama dan  tak pasti bisa terbang atau tidak. Mereka yang terbilang orang berada begitu ketakutan dan tidak berbuat apa-apa karena fasilitas transportasi sangat terbatas pasca gempa.

Itulah kondisi mereka yang berada di Makassar. Apalagi mereka yang sedang berada di Palu. Mereka lebih ketakutan dan mengerikan. Korban sudah bergelimpangan di mana-mana. Mereka ingin bisa bertahan dengan cara terbang ke Makassar. (Sumber inspirasi dari facebook Imam DZ, 02/10/2018/foto/Tempo.co)