 |
| KPK mengumumkan korupsi kepala desa (kompas.com) |
Belum lama ini pelaku kejahatan korupsi di daerah tertangkap. Seperti media beritakan dengan judul KPK Tangkap Kajari Pamekasan dan Kepala Desa dalam OTT (tribunnews.com, 2/8/2017). Bupati Bupati Pamekasan Ditangkap KPK (republika.co.id, 2/8/2017).
Peristiwa penangkapan ini bisa bikin pembaca tertawa. Pelaku korupsi ini memang sudah gila harta dan kekuasaan. Kalau gak gila harta dan kekuasaan namanya bukan pejabat. Pejabat sekarang itu kalau tidak korupsi disebut ndeso. Korupsi menjadi lifestyle. Makin banyak korupsi, makin tinggi status sosialnya.
Saking tingggi status sosialnya, makin takut ia jatuh. Karena kalau jatuh dari ketinggian, ia takut sakit. Kalau tidak percaya, cobain saja sendiri. Makanya, ia berusaha mempertahankan statusnya semakin tinggi, tentu dengan banyak korupsi. Hiks..hiks...hikh...lagi-lagi korupsi.
Saking gilanya, mereka tak sadar bahwa perbuatan mereka tidak masuk akal. Wajar, tidak masuk akal, soalnya kalau masuk akal pasti mereka tidak korupsi. Ya, itu, tadi, karena gak masuk akal, perbuatannya di luar akal kewajaran; akibatnya terlihat, bodoh, lugu, dan lucu hingga bikin kita tertawa.
Coba saja lihat korupsi di Pamekasan kemarin. Korupsi yang dilakukan kepala desa menyeret bupati dan kejari. Kepala desa korupsi dana bantuan desa, lalu dilaporkan LSM ke kejaksaan. Agar kasusnya ditutup, kepala desa dapat saran dari bupati agar menyuap kejari. Perbuatan mereka semua diketahui dan ditangkap KPK.
Lalu lucunya yang bikin ketawa di mana? Kepala desa korupsi 100 juta, atas saran bupati ia menyogok 250 juta ke kejari. Inikan lucu, dapat 100 juta, nyogok 250 juta. Rugi bandar dong. Belum lagi, masuk tahanan dan uang hukuman ratusan juta menantinya.
Itulah korupsi kepala desa rasa olahan bupati, namun sayang, rasanya sama-sama pahit. Karena mereka harus mendekam di tahanan KPK. 😅😅😅