Selamat Jalan Pak Jakob Oetama, Menepis Isu Komando Pastor dan Agama Islam

Jakob Oetama (Twitter/@GermanAmbJaka)
humorberita.com - Nama Jakob Oetama tak bisa dilepaskan dengan nama Kompas. Harian terbesar Indonesia ini adalah buah karya Jakob Oetama bersama Pk Ojong. Mereka  mendirikan Kompas pada tahun 1965.

Sebelum lahirnya zaman now yang serba digital saat ini, Koran Kompas adalah media mainstream yang selalu dicari publik. Ia menjadi rujukan untuk mencari informasi.

Posisi Koran Kompas menjadi rujukan dari berbagai kalangan, termasuk kelompok Islam maupun Kristen. Begitu juga bagi pemerintah maupun partai politik. Tak ketinggalan juga menjadi rujukan bagi para pengusaha.

Saat kondisi politik sedang memanas, membaca konten Kompas saat itu, publik kadang tidak bisa melepaskan siapa pemilik atau pendiri harian Kompas tersebut. Mau tidak mau, nama Jakob Oetama tidak lepas jadi perbincangan.

Stigma pun muncul kepada Jakob Oetama termasuk kepada korannya Kompas. Publik kemudian mengaitkan dengan sosok Jakob Oetama beragama Kristen Katolik. Karena sebagai penganut Katolik, maka dituding berita Kompas memojokkan Islam.

Di antara publik kemudian memunculkan kepanjangan dari Kompas adalah Komando Pastur. Koran untuk kepentingan Kristen. Isu ini selalu dipakai oleh sebagian kelompok Islam.

Namun, hal ini sudah dibantahnya langsung oleh Jakob Oetama. Jakob Oetama menjawab langsung atas pertanyaan Syaefudin Simon saat seminar dan workshop jurnalistik di UGM pada tahun 1980-an. 

"Pak Jacob mnjelaskan, Kompas sama sekali bukan singkatan komando pastur. Kompas juga bukan kepanjangan misi dan zending yang bertujuan mengkristenkan orang Islam. Sebaliknya, Kompas ingin memajukan bangsa Indonesia melalui karya-karya jurnalistik yang mendidik, inspiratif, terbuka, dan berpihak kepada rakyat" tulis Syaefudin Simona di Geotimes.

Selain itu, ada juga menyoal agama Pak Jokab Oetama itu apa? Saat itu muncul di masyarakat bahwa agama Pak Jacob Islam, tapi ada juga yang menyebut Pak Jacob beragama Kristen Katolik hingga akhir hayatnya.

Namun, kesaksian mengejutkan datang dari tulisan Ahmad Najib Burhani di akun facebooknya.

"Pak Jakob mungkin tak begitu mengenal saya. Tapi, tahun 1998 lalu, saya berkesempatan untuk bertemu langsung dengan beliau dalam rangka menulis Skripsi S1 tentang "Relasi Kuasa antara Kompas dan Gus Dur". 

Dalam kesempatan itu Pak Jakob menunjukkan kalau di KTP-nya, ia beragama Islam. Saya tentu terkejut mendengarnya info itu. Tapi saya yakin, bahwa hati Pak Jakob memang Muslim. 

Terlepas dari kesaksian tersebut, kini Pak Jakob Oetama sudah menghadap Sang Khalik. Sebelum pelepasan jenazahnya digelar prosesi Misa agama Kristen Katolik. Ia wafat pada 9 September 2020  dan dimakamkan pada Kamis 10 September 2020. Selamat jalan Pak Jakob...